YOGYAKARTA, (PRLM).- Dr. Ir. Fitri Mardjono, MSc merelakan jasadnya tidak dikubur selayaknya orang meninggal dunia. Dosen Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan Fakultas Teknik (FT) Universitas Gadjah Mada (UGM) yang meninggal di Yogyakarta, Sabtu (16/7) pukul 02.00 WIB, justru menyumbangkan jasadnya sebagai alat praktik calon dokter maupun objek penelitian kedokteran. Bahkan, apabila ada orang memerlukan kornea mata, ginjal, dan organ lainnya, almarhum berpesan agar diberikan.
Sang istri, dosen Pendidikan Sastra dan Bahasa Universitas Negeri Yogyakarta Dra. Pangesti Wiedarti, M.Appl.Ling., Ph.D yang menyerahkan jasad suaminya kepada Fakultas Kedokteran UGM, mengemukakan akan melakukan hajat yang sama dengan suaminya jika kelak sudah meninggal. Kasus menyumbangkan kadaver masih tergolong langka di tanah air.
Terdapat beberapa kasus saja dalam hitungan jari jumlahnya, di antaranya almarhum Budi Setiawan (75 thn) di Surabaya menyerahkan jasadnya ke Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya (Unibraw) menyerahkan kadavernya ke universitas tersebut pada 2003. Di masa lalu, fisikawan terkenal asal Jerman Albert Einstein memberi contoh dengan mendonorkan jasadnya ke dunia pendidikan dan otaknya dijadikan objek penelitian.
Menurut Pangesti Wiedarti almarhun telah berwasiat tiga tahun silam (2008) supaya jasadnya disumbangkan kepada dunia kedokteran. Alasannya jasadnya bisa bermanfaat bagi dunia pendidikan dan menolong orang yang memerlukan organ tertentu.
Jiwa penolong dan kepedulian sosial almarhum juga ditunjukkan semasa hidupnya, selain soliditasnya sangat tinggi dengan rekan kerja, kolega dan tetanggara, almarhum aktif sebagai pendonor darah selama 12 tahun. "Saya memiliki komitmen yang sama dengan suami saya," kata dia.
Pangesti berharap langkah suam dan dirinya kelak menjadi teladan bagi masyarakat untuk melakukan langkah serupa ketika kelak dipanggil Allah SWT. "Sumbangan organ suami saya, misalnya kornea mata atau ginjal, akan mengurangi satu orang yang berobat ke luar negeri untuk mengganti bola mataa tau ginjalnya. Atau, kornea atau organ lain yang dimiliki suami saya akan bermanfaat bagi siapa saja yang sangat membutuhkan," ujar dia.
Almarhum Fitri adalah pria kelahiran Boyolali, 9 April 1959, beristri Pangesti Wiedarti, dikarunia seorang putri, Sachiko Mawaddah Lestari. Semasa mudanya, almarhum menimba ilmu Teknik Sipil dan Lingkungan UGM (S1), Engineering Department, Nagaoka University of Technology, Japan (S2), dan Faculty of Architecture, Building and Planning Eindhoven of Technology, Netherlands (S3).
Wakil Dekan Bidang Administrasi, Keuangan dan Sumber Daya FK UGM dr. Muhammad Mansyur Romi, S.U., PA(K) menyatakan pendonor kadaver atau jasad utuh masih langka di Indonesia. "Pendonor kornea mata mulai banyak, tidak demikian donor kadaver. Saya berharap keteladanan almarhum akan ditiru banyak orang," ujar dia saat serah terima jasad almarhum. (A-84/das)***
No comments:
Post a Comment