Purcepnews - Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU) akhirnya memiliki simulator helikopter NAS 332 Super Puma yang ditempatkan di Lapangan Udara (Lanud) Atang Sendjaya, Bogor. Simulator super puma yang pertama kali dimiliki oleh TNI AU ini disiapkan untuk mendukung keterampilan dan kemampuan para penerbang helikopter baik dalam operasi militer (perang) maupun operasi selain perang.
Kepala Staf Angkatan Udara (Kasau) Marsekal TNI Imam Sufaat yang meresmikannya, Kamis (29/9) mengakui saat ini pihaknya masih sangat terbatas dalam hal kelengkapan alat utama sistem persenjataan (alutsista). "Dukungan sana dari pemerintah masih sangat terbatas meski secara bertahap ada peningkatan. Namun, kondisi ini sangat berpengaruh pada kelengkatan alutsista kita termasuk kesiapan operasi militer termasuk kesiapan personilnya," kata Imam.
Kemampuan para penerbang dalam mengoperasikan sejumlah pesawat pun masih belum optimal karena keterbatasan pesawat. Bahkan, ada pula beberapa pesawat buatan Indonesia yang simolatornya hanya ada di Singapura. Sementara, untuk belajar terbang melalui simulator itu di Singapura membutuhkan biaya pendidikan yang tidak murah.
Dikatakan Imam, keberadaan simulator NAS 332 Super Puma yang ada di Lanud Atang Sendjaya ini merupakan sebuah terobosan untuk meningkatkan keahlian penerbangan helikopter.
Pembangunan simulator helikopter Super Puma itu dilakukan oleh empat pihak yakni PT Dirgantara Indonesia (perakitan, desain, instrumen avionik), DSL, Inggris (pengerjaan sistem komputer avionik, visual sistem), Belanda ("motion system") dan Amerika Serikat (radar).
Selain bermanfaat untuk membina kemampuan dan keterampilan para penerbang helikopter, simulator ini juga efektif dan efisien untuk mengantisipasi situasi 'emergency'. "Penerbang yang sudah lama tidak terbang juga bisa menggunakan simulator untuk menempa kembali kemampuannya. Begitu juga untuk penerbang baru, bisa menabung jam terbang sebelum menggunakan pesawat atau helikopter yang sesungguhnya," tambah Imam.
Dengan luas wilayah udara yang terlalu luas serta keterbatasan peralatan serta personil, Imam menilai pengamanan udara merupakan tantangan yang cukup berat. Terlebih, dengan semakin meningkatnya ancaman gangguan keamanan negara, dibutuhkan alutsista yang semakin banyak dan canggih pula. Selain digunakan untuk pelatihan para penerbang kita, simulator ini juga dimungkinkan sebagai wahana latihan penerbang asing.
"Kita baru punya beberapa di antaranya F16 di Madiun dan Hawk di Pekanbaru. Masih banyak ketertinggalan yang harus kita kejar agar angkatan udara kita handal," tuturnya.
Terkait dengan penambahan pesawat, dikatakan Imam, saat ini pihaknya masih menunggu penyelesaian dua pesawat yang dipesan dari PT Dirgantara Indonesia serta sejumlah pesawat lainnya dari Korea dan Perancis yang dinilai Imam lebih canggih dibandingkan Super Puma.
Selain itu, pihaknya juga tengah merencanakan pembangunan simulator jet tempur Sukhoi. "Bayangkan jika alat tempur seperti itu digunakan untuk berlatih setiap hari, tentu biayanya akan sangat mahal. Oleh karena itu simulator ini sangat penting keberadaannya," lanjut Imam.
Rencananya simulator ini akan ditempatkan di Pangkalan Udara Sultan Hasanuddin Makasar.
No comments:
Post a Comment