Monday, July 11, 2011

Trend Bedah payudara makin meningkat ?

VIVAnews - Hampir semua wanita mendambakan bentuk payudara indah. Mayoritas mengandalkan bra sebagai penunjang. Sementara mereka yang bernyali besar, memilih meja operasi sebagai alternatif menyempurnakan bentuk payudara. 

Penelitian yang dipublikasikan American Society of Plastic Surgeons mengungkap, tindakan bedah payudara menunjukkan tren yang terus meningkat. Melejit sekitar 40 persen dibandingkan 10 tahun lalu, mengungguli operasi estetika lainnya. 

Seperti dikutip dari New York Daily News, sekitar 90 persen pelaku bedah estetika adalah wanita. Mayoritas menghendaki penyempurnaan bentuk payudara, mulai dari peningkatan volume hingga pengencangan payudara. 

Pada 2009, permintaan pengencangan dengan mengurangi jaringan lemak payudara meningkat sekitar enam persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara permintaan prosedur melepas impan payudara meningkat sekitar sembilan persen. Mereka yang melepas impan umumnya mengalami gangguan payudara seperti peradangan. 

Di tengah popularitas bedah payudara, permintaan operasi estetika hidung menunjukkan tren penurunan sebanyak 35 persen. Permintaan permak wajah juga menunjukkan tren penurunan sekitar 16 persen. 

Melihat tingginya minat bedah payudara, sejumlah pakar lantas mengembangkan metode operasi tanpa penambahan silikon. Mereka mengembangkan teknologi pemindahan jaringan otot untuk membuat penampilan payudara lebih 'penuh', dengan kesan alami.

Selain memindahkan jaringan dari payudara bagian bawah, teknik ini juga bisa dilakukan dengan memindahkan jaringan lemak dari bagian tubuh tertentu. Bahkan, menggunakan transplantasi sel induk (stem cells) untuk menciptakan jaringan baru di sekitar payudara.

"Apa yang saya lakukan hanya memindahkan sebagian 'aset' mereka untuk menyempurnakan bagian tubuh lainnya," ujar Professor Laurence Kirwan, konsultan bedah plastik di Inggris, seperti dikutip dari laman Telegraph. "Metode ini sifatnya juga lebih permanen dibandingkan implan silikon yang harus diperbaharui setiap 10 tahun." 

Kirwan yang membuka praktik di London dan New York telah melakukan metode ini terhadap 150 pasien wanita. Setiap operasi berlangsung sekitar 3 sampai 3,5 jam dengan biaya sekitar £ 8-12 ribu atau sekitar Rp 100-165 juta.


No comments:

Post a Comment